Laman

Rabu, 11 Januari 2012

Akhlak Terpuji

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlak adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang atau individu baik itu akhlak baik maupun akhlak buruk. Akhlak merupakan komponen penting dan berkedudukan tinggi dalam islam karena rasullah menyatakan dalam sebuah hadist : إنما بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلاَق
“Aku(Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
Begitu penting akhlak sehingga rasullah di utus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak yang mulia pada kita, akhlak merupakan suatu tingkah laku dalam diri kita baik itu maupun buruk , dengan akhlak seseorang dapat menjadi bahagia dan juga menjadi sengsara, karena ada hadist menyatakan Rasulullah saw bersabda:
حُسْنُ الْخُلُقِ يُثَبِّتُ الْمَوَدَّةَ
“Akhlak yang terpuji dapat melanggengkan kecintaan’
Jelas bilamana kita memiliki akhlak yang terpuji maka kita akan bahagia. Akhlak memiliki kedudukan yang strategis dalam kita bertindak, karena akhlak merupakan yang terpenting dalam jiwa kita.

B. Pembahasan Makalah
Adapun yang kami bahas dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Pengertian Akhlak terpuji
2. Macam-Macam Akhlak Terpuji dan dalilnya


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Akhlak ( أَخْلاَقٌ) berasal dari bahasa Arab jama’ dari “ Khuluqun “ ( خُلُقٌ ) yang menurut lughat diartikan adat kebiasaan ( al-adat ), perangai, tabi’at ( al-sajiyyat ), watak ( al-thab ), adab / sopan santun ( al-muru’at ), dan agama ( al-din ) . Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “ Khalqun “ ( خَلْقٌ ) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “ Khaliq “ ( خاَلِقٌ ) yang berarti pencipta dan “ makhluq “ ( مَخْلُوْقٌ ) yang berarti yang di ciptakan dan dari sinilah asal mula perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara Makhluk dengan Khaliq dan antara Makhluk dengan makhluk.
Sedangkan menurut etimologi da beberapa pendapat tentang akhlak :
1. Imam Ghozali
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2. Ibn Miskawaih
Akhlak adalah keadaan dalam jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan tanpa pertimbangan pikiran lebih dulu.
Akhlak dapat didefinisikan sebagai sikap yang tertanam dalam jiwa seseorang yang melahirkan perbuatan-perbuatan tertentu secara spontan dan konstan. Maka apabila dari sikap itu timbul perbuatan yang baik disebutlah ia mempunyai akhlak terpuji (mahmudah) dan apabila dari sikap itu timbul perbuatan buruk disebutlah ia mempunyai akhlak tercela (madzmumah). Dalam pandangan ulama klasik terutama Al-Ghazali membagi dua kategori akhlak yang telah disebut di atas dikarenakan mereka memahami akhlak sama dengan perbuatan atau tingkah laku yang menjadi kebiasaan orang. Kalau kita memahami akhlak sebagai usaha mengalahkan hasrat jahat/ hawa nafsu/ egoisme dalam diri, maka hasilnya itu disebut akhlak. Perbuatan yang bermuatan hawa nafsu/ egoisme bukan kategori akhlak tapi masuk dalam perbuatan mafsadat (merusak). Dalam makalah ini hanya akan dibahas macam-macam akhlak terpuji beserta dalil-dalilnya.
B. Akhlak Terpuji (Mahmudah) dan Dalilnya
Menurut Al Ghazali, berakhlak mulia atau terpuji artinya “menghilangkan senua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agam Islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, melakukannya dan mencintainya ”
Menurut Hamka, ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk berbuat baik, diantaranya:
1. Bujukan atau ancaman dari manusia lain.
2. Kebaikan dirinya (dorongan hati nurani).
3. Mengharap pujian, atau karena takut mendapat cela.
4. Mengharapkan pahala dan surga.
5. Mengharapkan pujian dan takut azab Tuhan.
6. Mengharap keridhaan Allah semata.
Adapun macam-macam akhlak terpuji yang harus diisi dalam jiwa manusia antara lain :
1) Syukur
Syukur secara bahasa ialah senang hatinya sedang menurut istilah adalah mengetahui nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah yakni nikmat iman dan taat yang maha luhur memuji Allah, Tuhan yang sebenarnya yang memberikan sandang dan pangan kemudian nikmat yang diberikan oleh Allah itu digunakan untuk berbakti kepadanya sekurang-kurangnya memenuhi kewajiban dan meninggalkan maksiat secara lahir dan batin sebatas kemampuan.
Inti syukur dari definisi di atas adalah mengetahui dan menghayati kenikmatan yang diberikan oleh Allah Yang Maha Luhur. Oleh karena itu manusia wajib menghayati dan mensyukuri nikmat Allah, karena Allah akan memberikan tambahan nikmat bagi orang-orang yang mau mensyukuri nikmat Allah, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7 :


“Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memberitahukan : sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesunnguhnya siksaKu sangat pedih“.
Syukurnya seorang hamba berkisar atas tiga hal (dimensi), yang apabila ketiganya tidak berkumpul, maka tidaklah dinamakan bersyukur, yaitu :
 Mengakui nikmat dalam batin
 Membicarakannya secara lahir, misalnya mengucaplan pujian kepada Allah dengan ucapan al-hamdulilah
 Menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah, kenikmatan yang telah diberikan dipergunakan untuk berbakti (beribadah) kepada Allah
Contoh dari penerapan ketiga dimensi syukur ini adalah ketika seorang Muslim bersyukur kepada Allah atas kekayaan harta benda yang didapatnya maka yang pertama sekali harus dilakukannya adalah mengetahui dan mengakui bahwa semua kekayaan yang didapatnya itu adalah karunia dari Allah. Usaha yang ia lakukan hanyalah sebab atau ikhtiar semata. Setelah itu baru ia mengungkapkan syukurnya dalam bentuk puji-pujian seperti al-hamdulillah,as-Syukru lillah,dsb. Kemudian dia buktikan rasa syukurnya itu dengan amal perbuatan yang nyata yaitu memanfaatkan harta kekayaan itu pada jalan yang diridhai Allah, baik untuk keperluannya sendiri maupun untuk keperluan keluarga, umat atau untuk fisabilillah lainnya.
Jadi syukur berkaitan dengan hati (qalb), lisan dan anggota badan. Fungsi hati untuk ma’rifah dan mahabbah , lisan untuk memuja dan menyebut nama Allah, dan anggota badan untuk menggunakan nikmat yang diterima sebagai sarana untuk menjalankan ketaatan kepada Allah dan menahan diri dari maksiat kepada-Nya.
Syukur berbeda dengan al-hamdu (pujian), karena syukur selalu sebagai respon terhadap nikmat atau pemberian yang diterima. Sedangkan al-hamdu menyangkut pujian kepada seseorang tanpa suatu keharusan si pemuji mendapatkan nikmat atau pemberian dari yang dipuji. Di samping itu syukur diungkapkan dengan melibatkan tiga aspek sekaligus, yaitu hati, lisan, dan anggota badan. Sedangkan al-hamdu (pujian) cukup dengan lisan.
Allah SWT memerintahkan kepada kaum muslimin untukbersyukur kepadaNya, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :


“Karena itu ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku” (QS.Al-Baqarah:152).
Bersyukur kepada Allah bukanlah untuk Allah itu sendiri, karena Allah ghaniyun ‘anil ‘alamin (tidak memerlukan apa-apa dari alam semesta), tapi justru untuk kepentingan manusia itu sendiri. Allah berfirman :


“Dan barangssiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri sendiri, dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”(QS. Luqman:12)
2) Tawakkal
Tawakkal ialah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepadaNya. Seorang muslim hanya boleh bertawakkal kepada Allah semata, tiadak boleh berserah diri kepada selain Allah, karena dengan berserah diri kepada Allah ia akan mendapat petunjuk jalan yang lurus. Jika manusia berserah diri kepada selain Allah, maka ia akan menjadi sesat dan akan menambah dosa yang lebih berat. Allah SWT berfirman dalam QS. Hud:123 yang artinya “Dan kepunyaan Allah lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepadaNya lah dikembalikan urusanurusan semuanya, maka sembuhlah Dia, dan bertawakkallah kepadanya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.”
Tawakkal adalah salah satu buah keimanan. Oleh sebab itu Islam menetapkan bahwa iman harus diikuti oleh sikap tawakkal. Allah berfirman:

“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar orang yang benar-benar beriman”.(QS.Al-Maidah:23)
Tawakkal bukan hanya pasrah menunggu ketentuan Allah tanpa melakukan ikhtiar serta meninggalkan usaha mencari rizki yang secara total. Tetapi, tawakkal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksiml ( ikhtiar ). Suatu tindakan tidak akan dinamakan tawakkal kalau hanya menunggu nasib sambil berpangku tangan dan bermalas-malasan tanpa melakukan apa-apa. Sikap pasrah seperti itu adalah salah satu bentuk kesalah pahaman terhadap hakikat tawakkal. Oleh karena itu, seseorang yang tertimpa musibah sakit, misalnya, maka ia tidak berdiam diri hanya menunggu ketentuan Allah, melainkan harus berusaha mencari obat terlebih dulu, baru kemudian menyerahkan sepenuhnya pada ketentuan Allah.
>>Suatu tindakan didunia tidak lepas akan pernah terlepas dari sifat kausalitas, atau tentang hukum sebab-akibat, akan tetapi sekalipun kita disuruh untuk berikhtiar sebelum bertawakkal, disuruh mengikuti hukum sebab akibat, tetapi kita tidak boleh bertawakkal hanya kepada ikhtiar. Sebab akibat memang sunnatullah. Belajar adalah sebab untuk mendapatkan ilmu. Berobat adalah sebab untuk sehat, tetapi bukanlah sebab semata-mata yang menimbulkan akibat. Kadanng adakalanya ada sebab tetapi tidak ada akibat. Sseperti dua orang pasien di rumah sakit; penyakitnya sama, dokter nya sama obatnya sama, tapi yang satu meninggal dan yang satu hidup. Walaupun demikian sekalipun bukan sebab saja yang menimbulkan akibat, tetapi sebab tidak boleh pula dilupakan.<<
Sikap tawakkal sangat bermaanfaat sekali untuk mendapatkan ketenangan batin. Segala situasi dihadapi dengan tenang. Bila gagal bersabar, bila berhasil bersyukur. Sedangkan orang yang tidak memiliki konsep tawakkal dalam hidupnya, kegagalan bisa membuatnya stress dan putus asa sementara keberhasilan juga bisa membuatnya sombong dan lupa diri. Disamping itu sikap tawakkaljuga memberikan kepercayaan diri pada seseorang untuk meghadapi masa depan. Dia akan menghadapi masa depan dengan segalakemungkinnnya tanpa rasa takut dan cemas . yang penting berusaha sekuat tenaga, hasilnya Allah yang menentukan. Dan yang lebih penting lagi orang bertawakkal akan dilindungi oleh Allah. Dalam al-Qur’an disebutkan:

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”(QS.At-Thalaq:3)
3) Ikhlas
Secara etimologis ikhlas berasal dari kata khalasa dengan arti bersih, jernih, murni, tidak bercampur. Setelah dibentuk menjadi ikhlas (mashdar dari fi’il muta’addi khallasha) berarti membersihkan atau memurnikan. Secara terminologi yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT. Ikhlas lebih populer dikenal dengan berbuat tanpa pamrih, hanya semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT. Allah berfirman:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus”(QS.Al-Bayyinah:5)


“Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” (QS.Al-An’am:162)
Unsur keikhlasan :
Niat yang ikhlas
Beramal dengan sebaik-baiknya
Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat
Penggolongan sifat ikhlas
Ikhlas awwam
Ikhlas khawwash
Ikhlas khawwasa al-khawwash
4) Taubat
5) Sabar

BAB III
PENUTUP

Ulumul Hadits

1. Pengertian Ulumul Hadis dan Sejarah Perkembanganya
Istilah ulumul hadis bersal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata, yaitu uluim dan hadis. Kata Ulum merupakan bentuk jamak dari kata ‘ilm yaitu berarti sesuatu tentang akal. Sedangkan istilah hadis dapat bermacam arti tergantung perspektif ahli yang memberikan maknanya. Ulama hadis mendefinisikan hadis sebagai saesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW baik dari sisi segi perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat diri atau sifat pribadi.
Dengan demikian, istilah Ulumul Hadis adalah ilmu yang berkaitan dengan masalah hadis dengan berbagai aspeknya. Pengertian ini didasarkan atas banyaknya ragam dan macam keilmuan yang bersangkut paut dengan hadis. Dari sinilah, mutaqaddimin merumuskan ilmu hadis dengan ilmu pengetahuan yang memberikan cara-cara tentang persambungan hadis sampai kepada Rosulullah dari segi ihwal periwayatnya yang menyangkut ke-adil-an dan ke-dabit-an dan dari sisi bersambung atau terputusnyasanad dan sebagainya.
Secara global ruang llingkup Ulumul-Hadis menyangkut dua bagian, ilmu hadis riwayat dan ilmu hadis dirayat.
 Ilmu hadis riwayat adalah ilmu yang menukilkan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw baik berupa perkataan, perrbuatan, dan taqrir.Tujuan pembahasan ilmu hadis riwayat untuk mempelajari hadis hadis dari sisi hubungannya dengan pribadi Nabi SAW.
 Sedangkan ilmu hadis dirayat adalah ilmu dalam arti khusus yaitu skumpulan darikaidah-kaidah dan masalah-masalah yang didalamnya dapat diketahui keadaan riwayat dan periwayat.
Bertolak dari definisi ilmu dirayat diatas, maka obyeknkajianbilmu hadis tersebut adalah sanad, rawi ,dan matan hadis.Adapun tujuan dari mempelajari ilmu g=hadis dirayat adalah untuk mengetahui dan menetapkan diterima atau ditolak suatu hadis. Kajian tersebut semakin penting karena di dalamnya merupakan kajian historis analisis atas segala perbuatanm fdan perkataan Nabi saw serta ketetapanya.
Secara lengkap perkembangan kajian ilmu hadis dapat dilihat dari uraian di bawah ini.
1. Tahap kelahiran Ulumul Hadis yang terjadi pada masa sahabat sampai penghujung abad pertama hijriah. Kehati-hatian sahabat dalam meriwayatkan hadis dan penerusnya dalam mengatasi pemalsuan hadis dengan berbagai buktitertulis hadis Nabi saw
2. Tahap penyempurnaan. Cabang-cabang keilmuan di sdalam ulum al-hadits telah berdiri sendiri. Tahap ini dimulai awal abad kedua sampai awal abad ketiga hijrah. Alzuhri disebut sebagai peletak ulum al-hadits.
3. Tahap pembukuan. Ulum al-hadits secara terpisahkan berlangsung abad ketiga sampai pertengahan abad 4 hijrah. Masa ini merupakan masa keemasan sebab sunah dan ilmu-ilmunya sudah dibukukan
4. Tahapn penyusunan. Taghap penyusunan kitab-kitab induk ulum al-hadits dan penyebarannya berlangsung sekitar abad ke empat sampai abad ketujuh hijriah.
5. Ahap pematangan dan kesempurnaan. Berlanmgsung sekitar abad ketujuh sampai abad kesepuluh. Pelopornya adalah ibnu salah, keistimewaannya:
• Komoprehensif
• Adanya pemberian definisi
• Penarikan kesimpuilan dan pemberian komentar terhadap berbagai pendapat.
6. Masa kebekuan dan kejunudan. Berlangsung sekitar abad kesepuluh sampai awal abad keempatbelas hijriah. Ijtihad dalam masalah ilmu hadits dan penyusunan kitabnya nyaris berhenti total.
7. Tahap kebangkitan kedua. (awal abad ke14 hijriah)
a) Qawaid Al Tahdits karya jamaludddin al Qassimi
b) Tarikh Al funun fi al-Hadits,karya abd al-Aziz al-Khuli
c) Al-sunnah wa Makanatuha fi Tasyri’ al-islami karya Mustafa al-Siba’i
d) Al-hadits wa al-muhaddisun karya Muhammad Abu Zahwu
e) Al-manhaj al-hadits fi ‘Ulum alhadits karya Muhammad al-simahi.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat dikatakan bahwa nama-nama yang disandarkan atas ilmu hadits dapat bermacam-macam. Nama yang populer dalam pembahasan ilmu haditys yaitu ulum al-hadits dan ilmu dirayat. Disamping kedua nama tersebut dikalangan ahli hadits tedapat nama lain yang berkaitan dengan ilmu hadits yaitu ‘ilm Usul al-hadits, ‘Ilm Mustalah al-Hadis, ‘Ilmu Mustalah Alh al-Asar dan tahrir al-Jazari menyebutnya dengan Mustalah Ahl Asar.
Untuk mengetahui latar belakang suatu hadis di turunkan maka diperlukan ilmu asbabul wurud. Ilmu ini sangat berperan dalam memahami makna teks suatu hadis. Hadis dapat dimaknai dengan baik misalnya dengan cara konstektual atau sebaliknya dengan tekstual. Kenyataan ini akan memudahkan bagi manusia untuk menyelam dan merekonstruksi kejadian-kejadian masa lampau dan menerapkanya pada masa yang akan datang.
2. Cabang-cabang Pokok Dari ilmu hadis
Diantara cabang-cabang besar yang tumbuh dari ilmu hadis dirayah dan riwayah:
a. Ilmu Rijal al-Hadits adalah ilmu yang mempelajari sejarah dan keadaan perawi hadits.
b. Ilmu Jarh wa at-Ta’adil adalah ilmu yang mempelajari tentang cacat dan keadilan para perawi.
c. Ilmu Fann al-Mubhannat adalah ilmu yang mempelajari tentang orang yang tidak disebut namanya baik dalam sanad maupun matan.
d. Ilmu ‘ilal al-Hadits adalah ilmu yang mempelajari cacat yang tersembunyi dalam hadits.
e. Ilmu Gharib al-Hadits adalah ilmu yang mempelajari kata-kata asin yang terdapat dalam sebuah hadits.
f. Ilmu Nasikh al Mansukh adalah ilmu yang mempelajari hadits yang menghapus dan hadits yang dihapus.
g. Ilmu Talfiq al-Hadits adalah ilmu yang mempelajari tentang cara mengkompromikan dua hadits yang bertentangan.
h. Ilmu Tashif wat-Tahrif adalah ilmu yang mempelajari perubahan yang terjadi pada kata yang ada dalam hadits yang sudah dirubah titik maupun bentuk (huruf)nya.
i. Ilmu Asbabi Wurud al-Hadits adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab-sebab atau latar belakang yang menyebabkan munculnya sebuah hadits.
j. Ilmu Musthalah al-Hadits adalah ilmu yang mempelajari istilah-istilah yang digunakan dalam ilmu hadits.
3. Urgensi Ulumul Hadis
Salah satu kelebihan Islam dari agama yang lain adalah ilmu hadits. Dalam ilmu hadits otentikasi kabar sangat diperhatikan. Tidak sembarang mendengar lalu disampaikan dan disebut sebagai perkataan Rasulullah. Setiap hadits melewati proses-proses ilmiah dan kajian teliti oleh para ahli hadits sehingga bisa diambil kesimpulan hadist tersebut bisa diterima atau tidak. Maka orang-orang yang meremehkan hadits atau tidak mau menerima hadits, atau tidak peduli tentang shahih atau dhaif-nya, maka orang ini telah menghina usaha para ahli hadits yang mencurahkan hidup mereka untuk meneliti hadits.
Kenapa disebut sebagai kelebihan ummat Islam? Karena keilmiahan dalam beragama seperti ini tidak ditemukan dalam agama lain. Misalnya jika ditanyakan apa dasarnya ummat Kristen beribadah dengan bernyanyi-nyanyi digereja? Apakah Nabi Isa ‘alaihissalam mengajarkannya? Apakah bisa diteliti secara ilmiah bahwa beliau mengajarkannya? Mereka akan menjawab “tidak”. Juga bentuk-bentuk ibadah mereka yang lain. Maka perhatikan, seorang muslim yang membuat perkara baru dalam agama tidak ubahnya seperti perilaku orang-orang non-muslim yang beragama tanpa dasar.
Dan di zaman ini kita melihat waqi’ (kenyataan) yang memprihatinkan. Dimana semakin sedikit ummat muslim yang mau mempelajari hadits. Membacanya, menghafalnya, membaca kitab-kitab para ulama hadits, bahkan ummat muslim sekarang sudah alergi menuliskan hadits. Ana menemukan beberapa website yang mengaku Islami namun mereka terkesan tidak mau banyak-banyak menuliskan hadits dengan alasan nanti kurang gaul, nanti orang awam malas membaca, nanti begini dan begitu. Malah mereka mengisi websitenya, berbicara tentang agama dengan dasar perkataan orang-orang filsafat atau hasil buah pikirnya sendiri. Wal’iyyadzubillah. Sampai-sampai Imam Syafi’i menganggap tercela orang-orang yang ‘alergi’ dengan hadits. Imam Asy-Syafii berkata, Demi umurku, soal ilmu hadis ini termasuk tiang agama yang paling kukuh dan keyakinan yang paling teguh. Tidak digemari untuk menyiarkannya selain oleh orang-orang yang jujur lagi takwa, dan tidak dibenci untuk menyiarkannya selain oleh orang-orang munafik lagi celaka. (LihatIkhtisar Mushthalahul Hadits)
Sudah dikabarkan oleh Rasulullah akan ada orang-orang yang berbicara tentang agamanya tanpa ilmu (Qur’an dan Sunnah): Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dengan mencabutnya dari setiap hamba namun Allah mencabutnya dengan mematikan orang-orang alim. Sehingga di saat Allah tidak menyisakan seorangpun dari mereka, manusia mengangkat orang-orang jahil sebagai pemimpin mereka. Mereka ditanya merekapun berfatwa tanpa dasar ilmu sehingga sesat dan menyesatkan. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dan bila kita lihat waqi’ yang lain, sebagian besar penyimpangan-penyimpangan dalam agama dikarenakan mereka tidak mau mempelajari hadits atau tidak mau menerima hadits. Misalnya hadits tentang bid’ah, banyak diantara kaum muslimin, juru da’wah, pondok-pondok pesantren tidak mau mengajarkan hadits ini. Padahal hadist ini sangat masyhur (terkenal) dikalangan para ulama dan menghasilkan banyak kaidah-kaidah fiqhiyyah ushuliyyah (kaidah-kaidah dasar fiqih). Namun mereka tidak mau berlapang dada menerimanya dan tidak mau mengajarkannya dengan berbagai alasan, misalnya mereka beralasan bila hadits ini diajarkan akan memecah-belah ummat. Subhanallah! Hadits Rasulullah dikatakan dapat memecah-belah ummat, Padahal Rasulullah bersabda: Barang siapa yang berumur panjang setelah aku wafat, niscaya ia akan menemui banyak perselisihan. Maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah kholifah-kholifah yang telah mendapat petunjuk lagi cerdik. Berpegang eratlah kalian dengannya, dan gigitlah dengan geraham kalianâ. (Riwayat Ahmad 4/126, Abu Dawud, 4/200, hadits no: 4607, At Tirmizy 5/44, hadits no: 2676, Ibnu Majah 1/15, hadits no:42, Al Hakim 1/37, hadits no: 4, dll.)
Sunnah Rasulullah tidaklah memecah-belah ummat, namun sebaliknya mempersatukan ummat! Karena konsep persatuan Islam bukanlah bersatunya badan, kumpul-kumpul, senyum-senyum, sedangkan dihati mereka memiliki keyakinan berbeda-beda. Yang satu, aqidahnya benar, yang lain suka pakai jimat, yang lain tidak mengakui sifat ALLOH, yang lain suka shalat di kuburan, trus kumpul disatu majlis atau perkumpulan, inikah persatuan. Demi ALLOH bukan seperti ini. Bahkan inilah model persatuan ala Yahudi: “Permusuhan di antara mereka (Yahudi) sendiri sangat tajam. Kamu mengira mereka itu bersatu, tapi hati mereka terpecah-pecah. Itulah karena mereka kaum yang tidak mau berpikir. (Al-Hasyr: 14)
Karena persatuan Islam yang benar adalah berpegang teguhnya setiap muslim pada Qur’an dan Sunnah Nabi, sampai-sampai Ibnu Mas’ud radhiyallaahuanhu berkata: Al Jamaah(persatuan) itu ialah setiap yang sesuai dengan al-haqq (Qur’an dan Sunnah) walau engkau seorang diri.
Agama ini memiliki 2 sumber hukum, Qur’an dan hadits. Dan hampir semua bagian dari agama ini rinci-rinciannya dijelaskan dalam hadits. Jika kita enggan mempelajari hadits bagaimana mungkin kita bisa bergama dengan benar? Apakah kita beragama dengan bermodal pengetahuan umum saja? Shalat asal shalat, puasa asal puasa. Dan tahukah antum berapa jumlah hadits? Banyak, ribuan, atau mungkin jutaan. Bahkan jika seseorang meluangkan hidupnya HANYA untuk belajar hadits tidak akan bisa mempelajari semuanya. Dan demikianlah kehidupan orang-orang shalih terdahulu (para sahabat, tabi’in dan yang mengikuti mereka). Mereka menghabiskan waktu mereka belajar dien, mencari hadits ke berbagai penjuru dunia, tidak berhenti hingga ajal mereka tiba.
Maka ana menasehatkan kepada saudaraku seiman, agar bertaqwa kepada ALLOH dan bersemangat dalam mempelajari ilmu dien. Cukuplah kita renungkan perkataan Sufyan Ats Tsauri , Saya tidak mengenal ilmu yang lebih utama bagi orang yang berhasrat menundukkan wajahnya di hadapan Allah selain daripada ilmu hadis. Orang-orang sangat memerlukan ilmu ini, sampai kepada soal-soal kecil sekalipun, seperti makan dan minum, memerlukan petunjuk dari al-hadits. Mempelajari ilmu hadis lebih utama daripada menjalankan salat dan puasa sunah, kerana mempelajari ilmu ini adalah fardu kifayah, sedangkan solat sunah dan puasa sunah hukumnya sunnah.
4. Unsur-unsur hadits
Dalam hadits Nabi Muhammad saw. di dalamnya terdapat beberapa unsur, yaitu, sanad, periwayat dan matannya. Ketiga unsur tersebut harus ada dalam sebuah hadits. Adapun penjelasan tentang hal tersebut adalah sebaai berikut:
• Sanad secara bahasa dapat diartikan dengan sandaran atau sesuatu yang dijadikan sandaran, sedangkan menurut istilah sebagaimana diungkap oleh Al-Badr ibn Al-Jama’ah dan Al-Tibby, keduanya menyatakan bahwa sanad adalah pemberitaan tentang munculnya suatu matan hadits. sedangkan ulama lain memberikan pengertian yaitu silsilah atau rentetan para periwayat yang menukilkan hadits dari sumbernya yang pertama. Dengan denikian dapat dikatakan sanad adalah jalan yang menghubungkan matan hadits kepada Nabi Muhammad saw.
• Periwayat (rawi) hadits adalh orang yang menyampaikan atau menuliskan hadits dalam dalam suatu kitab apa yang pernah diterimanya dari seorang gurunya. Periwayat hadits dapat disebut juga dengan orang yang memberitakan suatu hadits atau meriwayatkannya.
• Unsur ketiga hadits adalah matan. Matan menurut bahasa adalah punggung jalan, tanah yang keras dan tnggi. Sedangkan dalam istilah hadits matan adalah sabda nabi yang disebut setelah sanad atau penghubung sanad atau materi hadits atau dapat dsebut dengan teks hadits.

Akhlak Terhadap Sesama

Akhlak Terhadap Orang Lain

Di kehidupan bermasyarakat, kita tidak akan pernah lepas dari kegiatan bertamu dan menerima tamu dari berbagai kebutuhan hingga mempererat tali silaturahim umat muslim. Supaya kegiatan kunjung mengunjungi tersebut tetap berdampak positif bagi kedua belah pihak, maka Islam memberikan tuntunan bagaimana sebaiknya kegiatan bertamu dan menerima tamu tersebut dilakukan.
1. Bertamu dan Menerima Tamu
a) Bertamu
Bertamu terlebih dahulu meminta izin dan mengucapkan salam kepada penghuni rumah. Meminta izin bisa dengan kata-kata, dan bisa pula dengan ketukan pintu atau menekan tombol bel (jika ada). Meminta izin maksimal dilakukan tiga kali. Apabila tidak ada jawaban, seyogyanya yang akan bertamu segera pulang. Jangan memasuki rumah orang lain tanpa izin, karena disamping tidak menyenangkan dan mengganggu tuan rumah, juga dapat berakibat negatif kepada tamu itu sendiri. Setiap orang diberi hak privasi di rumahnya masing-masing. Tuan rumah, sekalipun dianjurkan untuk menerima dan memuliakan tamu, tapi tetap punya hak untuk menolak kedatangan tamu kalau memang dia tidak dalam suasana siap dikunjungi.
Di samping meminta izin dan mengucapkan salam, hal lain yang perlu diperhatikan oleh setiap orang yang bertamu adalah sebagai berikut :
1). Jangan bertamu sembarangan waktu. Bertamulah pada saat yang tepat, saat tuan rumah sekiranya tidak terganggu.
2). Setelah urusan selesai, segera pulang dan jangan merepotkan tuan rumah.
3). Jangan melakukan kegiatan yang menyebabkan tuan rumah terganggu.
4). Jika disuguhi minuman / makanan, hormatilah jamuan itu.
5). Hendaknya pamit sebelum pulang.
b). Menerima Tamu
Islam menganjurkan untuk menerima dan memuliakan tamu tanpa membeda-bedakan status sosialnya. Memuliakan tamu dilakukan dengan menyambut kedatangannya dengan hangat dan mempersilahkan duduk di tempat yang baik. Kalau tamu datang dari tempat yang jauh dan ingin menginap, tuan rumah wajib menerima dan menjamunya maksimal tiga malam. Lebih dari itu terserah kepada tuan rumah.
2. Hubungan Baik dengan Tetangga
Tetangga adalah orang yang paling dekat dengan anggota keluarga sendiri. Merekalah yang pertama kali mengulurkan bantuan jika kita membutuhkannya. Begitu pentingnya peran tetangga sampai-sampai Rasulullah saw menganjurkan kepada siapa saja yang akan membeli tanah untuk dibangun rumah, hendaklah mempertimbangkan siapa yang akan menjadi tetangganya. Buruk baiknya sikap tetangga kepada kita tentu tergantung juga bagaimana kita bersikap kepada mereka. Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada tetangga, baik tetangga dekat maupun jauh. Dekat atau jauh dapat berarti dekat dari segi tempat, hubungan kekeluargaan, dan agama. Dengan varian agama dan hubungan kekeluargaan, tetangga dapat dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu :
a). Tetangga yang mempunyai 1 hak, yaitu hak sebagai tetangga.
b). Tetangga yang mempunyai 2 hak, yaitu hak tetangga dan hak agama.
c). Tetangga yang mempunyai 3 hak, yaitu hak tetangga, seagama, dan family (keluarga)
Tetangga yang mempunyai hak lebih banyak, lebih berhak mendapatkan kebaikan dari kita, dalam artian lebih diutamakan.
Berkali-kali malaikat Jibril memesankan kepada nabi Muhammad saw untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai-sampai beliau mengira tetangga akan mendapatkan warisan. Sikap hidup bertetangga mempunyai hubungan yang signifikan dengan kualitas iman seseorang. Semakin kuat iman seseorang, semakin baik dia dengan tetangganya, begitu sebaliknya. Minimal hubungan baik dengan tetangga diwujudkan dalam bentuk tidak mengganggu atau menyusahkan mereka. Saling bertegur sapa dan saling memberi pertolongan. Jangan sampai kita tidur nyenyak sedangkan tetangga menagis kelaparan.
3. Hubungan Baik Dengan Masyarakat
Seorang muslim harus dapat berhubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas, baik di lingkungan pendidikan, kerja, sosial dan lingkungan lainnya. Baik dengan orang-orang yang seagama, maupun dengan pemeluk agama lainnya. Kalaupun ada perbedaan, hanya sebatas dalam beberapa hal yang bersifat ritual keagamaan. Hidup bermasyarakat sudah merupakan fitrah manusia. Manusia secara fitri adalah makhluk sosial dan hidup bermasyarakat. Untuk terciptanya hubungan baik sesama muslim dalam masyarakat, setiap orang harus mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing sebagai anggota masyarakat. Rasulullah saw menyebutkan ada lima kewajiban seorang Muslim atas Muslim lainnya, diantaranya yaitu :
a). Menjawab Salam
Mengucap salam hukumnya sunnah dan menjawab salam hukumnya wajib. Salam harus dijawab minimal dengan salam yang seimbang, dan lebih baik lagi dijawab lebih lengkap.
b). Mengunjungi Orang Sakit
Menurut Rasulullah saw, orang-orang yang beriman itu ibarat satu batang tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, yang lain ikut prihatin. Salah satu caranya yaitu mengunjungi saudara seagama yang sakit dan mendoakannya.
c). Mengiringkan Jenazah
Mengurus jenazah adalah wajib kifayah, yaitu apabila tidak ada seorangpun yang mengurus jenazah maka berdosalah semua masyarakat itu. Masyarakat wajib memandikan, mengafani, menshalatkan dan menguburkannya.
d). Mengabulkan Undangan
Undang-mengundang sudah menjadi tradisi dalam pergaulan masyarakat. Yang mengundang akan kecewa bila undangannya tidak dikabulkan, dan akan lebih kecewa lagi bila yang diundang berhalangan hadir tetapi tidak memberi kabar.
e). Menyahuti Orang Bersin
Orang yang bersin disunatkan untuk membaca Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah SWT karena biasanya bersin pertanda badan ringan dari penyakit. Bagi yang mendengar orang bersin mengucapkan Alhamdulillah, diwajibkan menyahutinya dengan membaca yarhamukallah (mendo’akan semoga Allah SWT mengasihinya). Orang yang tadi bersin menjawab pula, yahdikumullah wa yushlih balakum (semoga Allah SWT menunjuki dan memperbaiki keadaanmu). Namun ketika yang bersin tidak mengucapkan Alhamdulillah, maka kita tidak boleh menyahutinya.
Islam tidak hanya menyuruh kita membina hubungan baik dengan sesama muslim saja, tetapi juga dengan non muslim. Dalam berhubungan dengan masyarakat non muslim, Islam mengajarkan kepada kita untuk toleransi yaitu menghormati keyakinan umat lain tanpa berusaha memaksakan keyakinan kita kepada mereka.
Demikianlah, mudah-mudahan kita dapat menjadi anggota masyarakat yang selalu berbuat baik kepada anggota masyarakat lainnya.

Selasa, 03 Januari 2012

Islam dan Kebahagiaan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutlak dibutuhkan manusia dalam hidup ini adalah kebahagiaan. Tanpa kebahagiaan, manusia ibarat hati yang beku yang tidak bisa merasa atau otak di dalam tubuh yang tanpa nyawa. Namun menghadirkan rasa itu tidak mudah. Terkadang seorang manusia harus bertualang di dunia ini untuk meraihnya. Kebahagiaan hidup merupakan sesuatu yang pasti dan menjadi cita-cita bagi semua orang dalam hidupnya. Baik kebahagiaan di dalam berhasil menjalankan tugas dan kewajiban yang baik serta benar maupun keberhasilan dalam menghindari penderitaan. Seperti diungkapkan golongan as-Sa’adah sebagai berikut :
“Mereka mengartikan kebahagiaan adalah keenakan dan terhindar dari penderitaan. Kelezatan bagi mereka adalah ukuran dari amal perbuatan. Ini dianggap baik diukur dari kadar kelezatan yang ada padanya dan dianggap buruk dari kadar penderitaan yang ada padanya”.
Ibnu khaldun berpendapat bahwa kebahagiaan itu tunduk dan patuh pada garis-garis yang ditentukan Allah dan perikemanusiaan. Bahagia dan tidaknya seseorang bisa berangkat dari mampu dan tidaknya orang tersebut memenuhi kebutuhan keinginannya (dalam bentuk positif), berangkat dari kata hatinya yang tulus murni. Bila pemenuhannya bersifat negatif yang sebenarnya bukan kebahagiaan, maka dibalik pemenuhan itu masih terdapat keganjilan yang tidak bisa diterima oleh kata hatinya bahkan hanya bersifat sementara. Karena itu orang yang bahagia ialah orang yang bisa menerima kenyataan hidupnya, bisa menerima segala yang ada pada dirinya. Akan tetapi tetap percaya bahwa di balik kepahitan pasti ada kesejahteraan yang lebih lama dari pahitnya rasa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna kebahagiaan itu?
2. Apa saja faktor pendukung (sumber) tercapainya bahagia?
3. Bagaimanakah konsep kebahagiaan dalam Islam?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Kebahagiaan
Sejak zaman dahulu hingga sekarang atau bahkan sampai zaman nanti setiap orang selalu berkata “Saya ingin hidup bahagia”. Semua manusia mendambakannya dalam kehidupan. Kalau bisa kebahagiaan dirasakan pada waktu siang maupun malam, dalam rumah maupun kantor. Dalam kesendirian maupun ditengah keramaian. Di darat maupun dilaut. Bahkan di dunia maupun akhirat.
Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah. yang senantiasa dikejar oleh manusia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Bahagia memang relatif, hingga wajarlah kalau orang berbeda mendefinisikan dan memberikan batasan tentang bahagia. Sebagian orang mengejar kebahagiaan berlimpah itu terdapat kebahagaiaan. Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sebab menurutnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan sesrorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain.
Kebahagiaan dan kesejahteraan hanya mudah untuk diucapkan dan sulit untuk dirasakan dan diakui keberadaannya oleh seseorang. Kebahagiaan adalah secarik rasa yang aneh dan misteri serta mahal yang seseorang tidak mudah untuk mengatakan bahwa dirinya adalah bahagia padahal orang lain mengatakan bahwa dia adalah orang yang bahagia. Bahagia hanya mudah diucapkan, dirasakan, dan dibayangkan oleh orang-orang yang dirinya belum berada pada tempat penyebab kebahagiaan itu sendiri. Contoh : Ahmad memandang Amir sebagai orang yang kaya, Ahmad mengatakan bahwa Amir orang yang bahagia, padahal Amir sendiri tidak merasa bahagia dengan kekayaannya itu karena istrinya telah kabur dan lain-lain.
Bahagia dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang mampu “memotivasi diri sendiri”, menghargai sekecil apa pun kebaikan untuk dijaga, dirawat, dilanggengkan jadi amal unggulan. Bersihkan diri dari sekecil apa pun dosa ringan atau berat agar tidak jadi beban. Bahagia memang ibarat bianglala, merupakan mata rantai ketidakpuasan yang berkepanjangan yang selalu hinggap pada diri manusia. Untuk berkata bahwa seseorang bahagia atau sesuatu dapat membahagiakan hidup, kita harus tahu lebih dulu siapa yang berbicara tentang masalah kebahagiaan itu sendiri. “Kebahagiaan adalah apabila seseorang telah melakukan sesuai dengan kata hatinya yang tulus dan ikhlas, atau karena dorongan dari luar dirinya yang dapat diterima dan disukainya serta tidak bertentangan dengan hukum adat, tata susila, negara dan hukum agama yang diyakininya. Karena apabila tidak demikian sengsaralah yang didapatkan yang selama ini diharapkan”. Rasulullah SAW bersabda terkait dengan kebahagiaan, yang artinya : “Jika petang dan pagi manusia telah mendapatkan aman sentosa dari gangguan manusia, itulah dia orang yang bahagia”
Dalam hidup ini, tidak semua perjalanan manusia mencari kebahagiaan menemukan jalan dan cara-cara yang benar untuk meraihnya. Untuk mendapatkan dan merasakan kebahagiaan tidak bisa ditenpuh dengan satu jalan tetapi begitu banyak jalan. Jalan-jalan tersebut tersedia begitu lapang dan luas untuk dilalui manusia. Besar kecilnya jalan yang ditempuh bergantung kita. Jika upaya kita dengan sungguh-sungguh menelusuri jalan-jalan yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan agama, betapapun banyak jalan, tidak membuat kita menjadi bingung dan resah dalam perjalanan karena semakin banyak jalan yang kita raih, semakin besar pula potensi kebahagiaan yang kita rasakan.
B. Sumber-sumber Kebahagiaan
Beragam sumber kebahagiaan dapat diperoleh. Ia dapat diraih dan dirasakan kapan dan dimana saja,karena ia tidak mengenal ruang dan waktu. Secara mutlak ia bersumber dari Allah. Allah-lah yang memancarkan cahaya kebahagiaan itu keseluruh penjuru alam. Oleh karena itu, ia tidak hanya dirasakan oleh manusia saja tetapi oleh seluruh makhluk Allah di muka bumi. Hal ini diisyatratkan melalui Firman-Nya.
“ Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi...” (an-Nur: 35)
Setiap makhluk hidup berpotensi untuk mendapatkan cahaya dari Allah. Jika manusia berinteraksi dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan bahkan benda yang tidak bergerak termasuk tata kosmos ini, boleh jadi akan menghasilkan keteraturan-keteraturan yang pada gilirannya akan menghadirkan kebahagiaan. Sumber kebahagiaan bagi manusia, melalui pendapat yang dikemukakan oleh Imam Al-ghazali, antara lain :
I. Akal Budi
a. Sempurna Akal
Kesempurnaan akal harus dengan ilmu. Ilmu yang membuat manusia dapat memahami sesuatu. Ilmu yang memberi kemudahan teknis bagi manusia untuk mengekspresikan nilai-nilai keimanannya. Bahkan, sebuah ibadah kalau tidak diiringi dengan ilmu, ibadah tersebut diragukan kualitasnya. Orang yang memiliki ilmu, berpotensi besar untuk bahagia karena dengan ilmunya dirinya memiliki kemungkinan paling besar untuk menggenggam dunia dan segala isinya.
Orang yang tidak berkesempatan menuntut ilmu berarti pengetahuan tidak ada dalam dirinya orang tersebut ibarat berjalan di tengah malam gelap gulita, yang di depannya penuh dengan duri dan batu-batu terjal, lancarkah perjalanan mereka? Senang dan bahagiakah hatinya?
b. Iffah (Menjaga Kehormatan Diri)
Orang yang berupaya terus-menerus dengan sungguh-sungguh untuk memelihara kesucian hati sehingga akan tetap tegar dalam menghadapi ujian dan kesulitan-kesulitan hidup. Ia mencoba meraihnya dengan mengawalinya bersikap wara, dan tawadhu. Dari situ, terbuka tabir-tabir yang menuntun dirinya ke arah sikap dan perbuatan yang berkualitas. Perbuatan yang diridhai oleh Allah SWT. Kebahagiaan hati akan terasa kalau hidup kita diridhai olehNya.
c. Syaja’ah (Berani)
Keberanian dalam menegakkan kebaikan dan menyingkirkan keburukan dengan berbagai resiko dan konsekuensinya. Selain itu, berani untuk mengakui kesalahan diri sendiri dan berani mengakui kelebihan orang lain. Berani untuk tidak mengungkit-ungkit aib dan cacat orang lain dan berani memaafkan orang yang pernah berbuat salah kepada diri kita.

d. Al-‘Adl (Keadilan)
Keadilan dalam meletakkan sesuatu pada tempat dan porsinya. Keserasian dan keteraturan dalam memperlakukan sesuatu dapat menghadirkan kebahagiaan. Pemimpin yang adil hatinya akan tenang. Dirinya disukai oleh banyak orang. Namun sebaliknya, jika ia zhalim, yang tidak bahagia bukan orang lain saja, dirinya pn akan merasakan penderitaan, paling tidak penderitaan batin.
II. Tubuh (Jasmani)
Manusia akan merasakan kebahagiaan jika tubuhnya :
a. Sehat yakni sehat secara fisik dan psikis
b. Kuat yakni memiliki kekuatan fisik dan ketahanan mental
c. Fisik yang gagah dan cantik
d. Mendapatkan anugerah umur panjang
Sungguh sangat beruntung orang yang sudah diberikan anugerah tubuh yang sempurna lalu disyukurinya dengan mendekatkan diri kepada Allah. Kesempurnaan tubuh yang dilengkapi dengan kekuatan yang memancarkan aura kecantikan dan kegagahan adalah sebuah nikmat yang tiada tara.
III. Luar Badan
a. Kekayaan (Harta Benda)
Kekayaan boleh menjadi sumber kebahagiaan kalau ia digunakan sesuai dengan kehendak Yang Memberi Kekayaan. Namun dapat mendatangkan penderitaan hidup, jika ia diarahkan untuk menentang kemauan Allah.
b. Keluarga
Silaturrahim yang hidup dan hubungan yang tetap terjalin akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri. Keharmonisan hubungan akan mengurangi beban hidup baik materi maupun kejiwaan dan memungkinkan terjadi perpanjangan umur.

c. Popularitas
Menjadi orang yang terpandang dan terhormat dapat menjadi sumber kebahagiaan selama tidak tersentuh riya dan sun’ah. Yang diharapkan dari kepopuleran dirinya memancarkan sikap dan perilaku hidup yang baik untuk diteladani oleh orang lain. Dengan banyaknya orang meneladani, dengan sendirinya akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri.
IV. Taufik dan Bimbingan Allah
a. Hidayah (Petunjuk Allah)
Terdiri dari 3 macam :
1) Memahami jalan yang baik dan buruk
2) Bertambahnya ilmu pengetahuan dan pengalaman
3) Hidayah yang merupakan cahaya yang khusus dipancarkan kepada para nabi dan rasul kesayanganNya
b. Irsyad (Bimbingan Allah)
Merupakan pertolongan Allah terhadap manusia, sehingga yang bersangkutan dapat selamat dari perilaku hidup yang negatif dan terpenuhi kemauannya oleh Allah untuk terus berada di jalan yang lurus.
c. Tasdid (Dukungan Allah)
Mantapnya kemauan untuk terus berusaha dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Antara tasdid dan irsyad mempunyai kemiripan. Perbedaannya terletak pada metodologinya. Jika irsyad memerlukan suatu peringatan dan pengetahuan sedangkan tasdid memerlukan pertolongan gerak badan atau amal prestatif.
d. Ta’yid (Bantuan Allah)
Sebuah kekuatan yang lahir dari tajamnya mata batin dan kerasnya kemauan. Dengan kata lain, Allah senantiasa selalu membantu hambaNya ketika ia mengalami kebingungan dan keresahan jiwa.
Adanya keempat faktor di atas, membuat manusia dapat terbimbing dan terpelihara. Dia akan selalu berhati-hati terutama menghadapi ujian atau musibah yng menimpa. Jika demikian, keempat faktor di atas dapat dijadikan sebagai sumber kebahagiaan yang tiada tara.
V. Bahagia Akhirat
Kebahagiaan akhirat merupakan titik kebahagiaan terakhir yakni ketika kehidupan manusia di dunia berganti dengan kehidupan akhirat. Dalam menjalankan kejidupan di sana yang menjadi parameternya bukan harta kekayaan, pangkat dan jabatan yang tinggi, ataupun ketenaran tapi keseluruhan amal yang mendatangkan keridhaan Allah SWT. Amal sekecil apapun atau seberat apapun akan dihargai secara setimpal. Sebagaimana firman Allah dalam QS.Al-Zalzalah:7-8. Jika amal itu memenuhi syarat, ia akan mengantar yang bersangkutan untuk meraih kehidupan yang amat sangat menyenangkan yaitu surga.
C. Konsep kebahagiaan dalam Islam
Islam menyatakan bahwa “Kesejahteraan’ dan “kebahagiaan” itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari dan bukan pula dia suatu keadaan hayali insan yang hanva dapat dinikmati dalam alam fikiran belaka. Kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara. Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan.
Dalam Islam, pusat segala kebahagiaan adalah saat seseorang bertemu dengan Sang Khaliq. Tentu bukan dengan makna bahwa kita harus mati terlebih dulu. Memang, ujung dari perjalanan kehidupan akan seperti itu. Tetapi bukankah kebahagiaan itu kita dambakan juga di dunia? Berapa banyak jalan yang harus ditempuh dan dibutuhkan untuk menuju kepada Allah? Sebanyak yang dituntun di dalam dua pedoman dasar hidup kita yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Jalan-jalan itu tersimpul di dalam sebuah isilah yang cukup populer, singkat tetapi mencakup segala-galanya yaitu takwa sebagai upaya maksimal melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Ini adalah prestasi moral yang paling tinggi. Oleh karena itu, Allah memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada mereka yang secara konsisten dan konsekuen untuk menjakankannya. Allah menjelaskan, “Sesungguhnya orang yang palinh mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang bertakwa di antara kamu” (QS.Al-Hujurat:13).
Ketenangan dan kebahagiaan seperti yang sudah diuraikan di atas sumbernya adalah Allah. Oleh sebab itu kita harus memiliki cara yang tepat untuk mewujudkannya. Untuk “dekat” kepada Allah tidak dengan menggunakan satu jalan, cara untuk memperoleh kebahagiaan pun memiliki banyak jalan. Contoh : melalui jalan dalam bidang sosial dan politik, seperti berlaku adil, berbuat baik kepada sesama, menyingkirkan duri di jalan, menebar senyuman kepada saudara, dan lain-lain. Demikian juga menempuhnya melalui jalan ritual ubudiah seperti menegakkan shalat, berpuasa, membayar zakat, dan sebagainya. Itu semua merupakan jalan untuk menuju Allah, yang berefek secara psikologis terhadap ketenangan dan kebahagiaan yang dirasakan oleh pengamalnya.
Jika kita mengerjakan deretan perintah Allah tersebut, Allah akan menurunkan karunia kebahagiaan yang tiada tara. Wadah kalbu kita semakin luas dan siap menampung cahaya kebahagiaan yang dipancarkan kepada kita. Dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram, jiwa menjadi bahagia, batin jauh dari gundah gulana. Apabila kita senntiasa mengingat Allah, Allah akan selalu bersama kita di kala suka dan duka, saat senang dan sedih kita, bahkan saat bahagia dan derita kita. Kalau itu dilaksanakan dengan istiqamah rasa bahagia itu bukan hanya hadir pada saat kita bahagia saja, tetapi kebahagiaan itu muncul pada saat kita menderita. Kita boleh jadi mengatakan penderitaan yang kita rasakan sekarang belum seberapa jika dibandingkan dengan samudra kebahagiaan yang sebelumnya kita rasakan.
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah:153 Allah memberikan solusi kepada kita yakni dengan memberikan dua jalan untuk menuju kepadaNya, untuk menghasilkan kebahagiaan pada diri kita. Kedua jalan itu adalah sabar dan shalat. Gambaran di pengujung ayat ini adalah seseorang yang ingin mengatasi penyebab kesedihan atau kesulitannya, ingin behasil memperjuangkan kebenaran dan keadilan, ia harus menyertakan Allah dalam setiap langkahnya. Ia harus bersama Allah dalam setiap kesulitannya dan dalam perjuangannya. Ketika itu, Allah pasti membantunya karena Dia-pun telah bersama hamba-Nya. Jika seseorang ingin terhindar dari kesulitan dan penderitaan berkat pertolongan Allah, kebahagiaan akan terasa dalam oleh hati. Sama bahagianya seperti kebahagiaan yang diperoleh setelah kita melaksanakan shalat. Shalat dan sabar harus diamalkan sebelum aneka ujian datang. Temui Allah dalam semua bentuk ujian, yang baik maupun buruk. Rasakan kebahagiaan, baik ketika bahagia atau ketika menderita dan mengalami kesulitan hidup.
Harapan untuk memperoleh kebahagiaan seperti tersirat dalam do’a, “Rabbanaa aatinaa fi ad-duniaa hasanah wa fi al aakhirati hasanah waqinaa ‘adzaa bannaar” (Ya Allah curahkanlah kebaikan (kebahagiaan) untuk kami di dunia dan kebahagiaan di akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa neraka karena hamba tidak kuat menghadapinya).
Kebaikan-kebaikan disini merupakan amal-amal yang positif yang dapat membawa manusia kepada ketenangan batin. Dalam Al-Qur’an, ketika Allah menyebutkan aamanuu selalu dikaitkan dengan kata ‘amilus shaalihaat. Kata aamanuu berorientasi kepada akhirat sedangkan ‘amilus shaalihaat berorientasi dunia. Kata aamanuu mengarah kepada kebahagiaan akhirat sedangkan kata ‘amilus shaalihaat menunjuk pada kesejahteraan dunia yang diraih dengan kerja keras dan upaya yang sungguh-sungguh.
Sebenarnya kebahagiaan dalam pandangan Islam bertumpu pada upaya untuk tidak kecewa dengan apapun yang diterima dari Allah. Sedikit atau banyak tetap disyukuri dan diterima sebagai yang terbaik menurut plihan Allah atau dengan kata lain bersifat qana’ah. Qana’ah terdiri dari lima aspae terkait langsung dengan kehidupan manusia, antara lain :
• Menerima dengan rela apa yang diberikan oleh Allah
• Memohon kepada Allah tambahan yang pantas dan tetap berusaha
• Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah
• Bertawakkal kepadaNya
• Tidak tertarik dengan tipu daya kesenangan dunia
Kelima aspek di atas praktis mengarahkan kita kepada kebahagiaan. Degnan sikap Qana’ah. Seseorang tidak akan silau dengan prestasi yang diraih oleh orang lain tetapi sibuk mengurus dan mengelola apa yang sudah diterimanya dan berusaha mensyukurinya. Demikian pentingnya sikap ini sehingga Rasulullah SAW menganggapnya sebagai “harta” yang tidak akan hilang. “Qana’ah adalah harta yang tidak akan hilang dan simpanan yang tidak akan lenyap”.
Sesuatu yang dapat melanggar sunatullah adalah jika seseorang meniginkan kebahagiaan tetapi tidak mengeluarkan keringat, bermalas-malasan, dan tidur sepanjang hari. Ketenangan tidak akan diraih dari sana, tetapi jiwa yang diisi dengan iman dan takwa dan menyikapi kehidupan ini secara tepat. Berkaitan dengan ini, Hita’iah, seorang penyair mendendangkan syairnya,
“Bukanlah kebahagiaan itu pada mengumpulkan harta, tetapi pada takwa kepada Allah itulah dia bahagia. Takwa kepada Allah itulah bekal yang sebaik-baiknya disimpan. Pada sisi Allah sajalah kebahagiaan bagi orang yang bertakwa”.
Demikianlah makna kebahagiaan bagi orang yang beriman. Mampu menilai dan menghiasi kehidupan ini sesuai dengan nilai dan porsi yang semestinya. Imam ghazali pernah mengatakan “Kebahagian dan kelezatan sejati adalah bila seseorang dapat mengingat Allah.”


BAB III
PENUTUP

Kebahagiaan adalah kebutuhan hakiki setiap jiwa. Namun, tidak selamanya jalan yang ditempuh untuk menggapai rasa itu lurus dan mulus. Terkadang kita menemukan jalan yang bergelombang penuh belokan, tidak rata, dan berkerikil.
Akan tetapi, yakinlah bahwa bahagia itu sesuatu yang niscaya akan dirasa manusia, sebagaimana rasa sedih. Setiap diri manusia pasti pernah merasakan kedua rasa itu, bahkan manusia sekaliber nabi dan rasul. Tinggal bagaimana usaha kita menggapai dan menguasai perasaan itu. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS.Al-Qashash:77)


DAFTAR PUSTAKA
Abu Izzudin,Sholihin. 2010. Happy Ending Full Barokah. Yogyakarta : Pro U Media.
Al-Mansor,Anshory. 1997. Jalan Kebahagiaan Yang Diridhai. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sanusi,Anwar. 2006. Jalan Kebahagiaan. Jakarta : Gema Insani.

Minggu, 01 Januari 2012

Pengembangan Kepemimpinan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Kunci keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan seorang kepala sekolah. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah dan keberhasilan kepala sekolah adalah keberhasilan sekolah.
Pada saat ini masalah kekepalasekolahan, merupakan suatu peran yang menuntut persyaratan kualitas kepemimpinan yang kuat. Bahkan telah berkembang menjadi tuntutan yang meluas dari masyarakat, sebagai kriteria keberhasilan sekolah diperlukan adanya kepemimpinan kepala sekolah yang berkualitas.
Pengembangan kepemimpinan menjadi salah satu upaya dalam mencapai tingkat keberhasilan tersebut. Hal tersebut tentu tak lepas dari campur tangan dari berberapa pihak. Baik dari dalam sekolah mapun luar sekolah. Penggunaan berbagai strategi pengembangan mutlak diperlukan.

B.Rumusan Masalah
1.Apakah pengembangan kepemimpinan pendidikan itu?
2.Bagaimanakah cara pengembangan kepemimpinan pendidikan?
3.Siapa yang bertanggung jawab dalam pengembangan kepemimpinan pendidikan?

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Pengembangan Kepemimpinan
Pengembangan kepemimpinan menurut Kartini Kartono adalah usaha yang dilakukan secara sistematis dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemahiran teknis, ketrampilan sosial, sikap, dan tingkah laku pemimpin melalui pendidikan, latihan dan berbagai penugasan.
Selain itu pengembangan kepemimpinan (leadership development) juga dapat diartikan perluasan kapasitas sesorang untuk menjadi efektif dalam peran dan proses kepemimpinan. Peran dan proses kepemimpinan merupakan peran dan proses yang memungkinkan kelompok orang dapat bekerja bersama dengan cara yang produktif dan bermanfaat. Ada tiga hal penting dalam definisi pengembangan kepemimpinan ini, yaitu:
1.Pengembangan kepemimpinan diarahkan pada pengembangan kapasitas inividu, atau tujuan utamanya adalah kapasitas individu
2.Apa yang membuat seseorang efektif dalam peran dan proses kepimimpinan. Setiap orang dalam kehidupannya harus mengambil peran dan berpartisipasi dalam proses kepemimpinan agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam masyarakat sekitarnya, oragnisasi dimana mereka bekerja, kelompok professional dimana mereka diakui keberadaannya, tetangga dimana mereka bermasyarakat, dan seterusnya.
3.Individu dapat memperluas kapasitas kepemimpinannya. Kuncinya adalah bahwa setiap orang bisa belajar, tumbuh dan berubah.

B.Pengembangan Kepemimpinan Pendidikan
a.Cara Pelaksanaan Pembinaan Kepemimpinan Pendidikan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin, diantaranya keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya, jenis pekerjaan atau lembaga yang dipimpinnya, sifat-sifat dan kepribadiannya, sifat-sifat dan kepribadian pengikutnya, serta kekuatan-kekuatan yang dimilikinya (Purwanto, 2004: 61). Faktor-faktor ini tentunya juga memiliki pengaruh dalam pengembangan kemampuannya. Secara internal, seorang pemimpin dapat melakukan hal-hal yang dapat mengembangkan kemampuannya, diantaranya:
1.Selalu belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja anggotanya.
2.Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana.
3.Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan.
4.Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain.
5.Berfikir untuk masa yang akan datang.
6.Merumuskan ide-ide yang dapat diuji cobakan. (Mulyasa, 2004: 127)
Menurut Wahjosumidjo terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kepemimpinan pendidikan (kepala sekolah), yaitu : memberikan perhatian secara sistemik dan terus menerus terhadap siklus kegiatan : rekruitmen, seleksi, pengangkatan, penempatan, pembinaan, evaluasi terhadap kepala sekolah, dan komputerisasi di sekolah.
a)Seleksi kepala sekolah
Seleksi adalah suatu proses pengambilan keputusan terhadap individu yang dipilih karena kebaikan yang dimilikinya daripada yang lain, untuk mengisi satu jabatan yang didasarkan pada karakter atau sifat-sifat baik daripada individu tersebut, sesuai dengan persyaratan jabatan yang diinginkan. Tujuan seleksi adalah untuk mengisi kekosongan jabatan yang ada dengan orang yang memenuhi kualifikasi yang diharapkan. Salah satu usaha agar proses seleksi dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, diperlukan standar kriteria seleksi yang didefinisikan lebih sempurna dan spesifik.
Melalui proses seleksi, mulai tahap awal, praseleksi, seleksi, telah diusahakan langkah-langkah seperti penentuan persyaratan, pengaitan antara kualifikasi calon dengan spesifikasi jabatan kepala sekolah, terpilihnya calon yang cocok untuk jabatan kepala sekolah. Kemudian tahap selanjutnya yaitu tahap pengangkatan dan penempatan. Dengan proses seleksi diharapkan menghasilkan calon-calon kepala sekolah yang terpilih secara objektif sesuai dengan persyaratan serta kompetensi yang diharapkan.
b)Pengangkatan dan Penempatan Kepala Sekolah
Setelah seleksi dilaksanakan menyusullah proses pengangkatan dan penempatan kepala sekolah. Proses ini sangat ditentukan oleh hasil yang dicapai dalam proses seleksi dimana di dalam proses seleksi telah dipilih, dan ditentukan calon-calon terbaik melalui berbagai cara atau pendekatan baik melalui pemeriksaan dokumen, tes dan interview.
c)Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Pelatihan merupakan metode yang paling banyak dipakai untuk memperbaiki kepemimpinan. Pendidikan dan pelatihan merupakan bentuk pengembangan sumber daya manusia yang amat strategis. Sebab dalam program pendidikan dan pelatihan selalu berkaitan dengan masalah nilai, norma, dan perilaku individu dan kelompok. Program pendidikan dan pelatihan selalu direncanakan untuk tujuan-tujuan seperti pengembangan pribadi, pengembangan profesional, pemecahan masalah, tindakan yang remidial, motivasi, meningkatkan mobilitas, dan keamanan anggota organisasi.
Tujuan utama pendidikan dan pelatihan kepala sekolah adalah untuk memperoleh kecakapan khusus yang diperlukan oleh kepala sekolah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas kepemimpinan sekolah. Oleh sebab itu, langkah utama yang perlu dilaksanakan bagaimana program pelatihan yang mencakup sosok program isi, metodologi serta peralatan pelatihan dapat tersedia mendukung tercapainya tujuan pelatihan.
Dalam hubungan untuk meningkatkan penampilan kepala sekolah, maupun mempersiapkan calon kepala sekolah, pendidikan dan pelatihan kepala sekolah dapat dibedakan, yaitu program preservice (untuk calon kepala sekolah yang telah terpilih melalui proses : rekruitmen, seleksi dan pemilihan) dan program inservice (untuk mereka yang telah menduduki jabatan kepala sekolah).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam program pelatihan kepala sekolah :
1.Program pelatihan harus relevan dengan kebutuhan sekarang dan yang akan datang dan untuk kepentingan masyarakat dimana organisasi (sekolah) itu berada.
2.Pelatihan harus meningkatkan pelaksanaan tugas dan pengembangan karier pegawai.
3.Program pelatihan dikemas secara rapi, menarik, dilaksanakan sesuai dengan daya tarik zamannya.
4.Dalam program pelatihan diintegrasikan dengan melakukan tugas-tugas (doing), studi dan praktik harus saling menjalin.
5.Pelatihan harus menjadi suatu yang berkelanjutan.
6.Menggunakan metodologi dan sistem penyampaian baru program studi lapangan, diskusi, seminar konferensi, studi kasus, dan sebagainya.
Adapun materi pembinaan bagi pemimpin dan calon pemimpin pendidikan, meliputi :
1.Pembinaan kecerdasan, perasaan, kemauan, dan ilmu pengetahuan
Sebagai pemimpin yang diharapkan berhasil melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan harus didukung dengan beberapa aspek, antara lain unggul dalam intelegensi, mampu memberikan pertimbangan-pertimbangan individu yang bagus, memiliki kecakapan dalam menghadapi persoalan-persoalan yang abstrak, kecakapan menghadapi dan bekerja sama dengan orang lain, kesanggupan untuk mempelajari pendekatan dan teknik-teknik yanng baru, kemampuan untuk memberi perintah, kesanggupan untuk memengaruhi orang lain, unggul di dalam kemampuan menulis dan berbicara. Selain itu, seorang pemimpin harus memiliki emosi yang stabil dan daya tahan atau bersikap sabar terhadap kegagalan atau hambatan.
2.Pembinaan kemahiran teknis dan ketrampilan sosial
Pemimpin dalam menjalankan tugasnya perlu mengingat dan berpedoman kepada teknik-teknik memimpin. Karena dengan memperhatikan teknik-teknik tersebut pemimpin dapat melakukan langkah yang tepat dalam rangka mengarahkan anak buahnya.
Kemampuan sosial yang dimaksudkan adalah kemampuan dalam antar-hubungan dengan orang lain baik antar individu, dalam kelompok, antar kelompok, atau dalam lingkungan organisasi yang lebih besar. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan di bidang ini untuk menopang kepemimpinannya.
Prof. J. F. Tahalele memberikan beberapa saran untuk mengembangkan kemampuan sosial kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan:
a)Usahakan agar tetap gembira.
b)Lihatlah, pikirlah, dan bicarakan yang baik.
c)Jangan mengharap terlalu banyak kepada orang lain, tetapi apa yang dapat kita sumbangkan kepada mereka.
d)Jangan mencampuri urusan pribadi orang lain kecuali dilapori.
e)Jauhkan sifat sombong dan kembangkan sifat murah hati.
f)Tekun beragama dan jangan sekali-kali putus asa.
g)Kembangkan sifat “lagniappe” (pemberian kecil kepada orang lain yang berdampak positif yang besar).
Disamping kemampuan yang ada pada diri sendiri harus dikembangkan, kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus mampu memposisikan diri sebagai orang lain. Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain:
a)Selalu menghargai pendapat orang lain meskipun bertentangan.
b)Jangan memaksakan pendapat kepada orang lain walaupun merasa benar.
c)Menegur orang lain secara halus, misalnya bagaimana menurut pendapat saudara jika . . .
d)Berbicara dengan jelas dan perlahan.
e)Ketika berbicara, pandanglah lawan bicara kita (tidak menengok ke kiri dan ke kanan.
f)Memberikan perintah dengan bahasa meminta, contoh dapatkah anda menolong saya untuk …
g)Hindari kata-kata yang menyinggung perasaan orang lain.
h)Sewaktu orang lain berbicara, hendaklah mendengarkan dengan penuh perhatian.
i)Ketika orang lain berbicara, janganlah menyela atau mengalihkan pembicaraan.
j)Jika orang lain menusuk hati kita, hendaklah kita tetap tenang dan sabar.
k)Sebaiknya jangan berbisik-bisik di depan orang lain.
l)Jika Mengkritik disampaikan dengan tenang, ramah dan bijaksana.
Semua pernyataan tersebut diatas kiranya dapat dijadikan acuan dalam menilai diri sendiri agar pemimpin tidak menempatkan dirinya kurang atau lebih dari kemampuan yang sebenarnya.
3.Pembinaan kebiasaan, moral, watak, kejiwaan dan kepribadian
Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan perlu mengembangkan kemampuan dirinya, agar selalu dapat mengikuti perkembangan zaman. Untuk itu, kepala sekolah perlu memahami kelebihan dan kelemahan yang ada pada diri sendiri dan mau mengembangkan kemampuannya secara continue.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kemampuan pribadi antara lain:
•Watak (Psikolofis-internal)
•Tempramen (Tingkah Laku)
•Minat
•Kecerdasan
•Fisik
•Sifat-sifat pribadi dan tipe kepemimpinan yang dimiliki.
Seorang pemimpin pendidikan harus dapat menempatkan dirinya dalam kedirian orang lain dengan kemampuan personal yang dimilikinya. Jika berada didepan memberikan contoh tauladan, ditengah bisa berpatisipasi meningkatkan kemauan dan kreativitas bahan, dan jika dibelakang membangun dan mendorong semangat bawahan. Pemimpin harus dapat membenahi dirinya sebelum dapat membenahi orang lain.
d)Evaluasi Kepala Sekolah
Di samping seleksi, program pendidikan dan pelatihan, ada cara lain yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah, yaitu melalui evaluasi kepala sekolah.
Persoalan penting yang berkaitan dengan evaluasi kepala sekolah adalah bagaimana menentukan keberhasilan kepala sekolah sebagai jawaban atas pertanyaan : Bagaimana kepala sekolah dapat bekerja dengan baik. Tujuan utama evaluasi kepala sekolah adalah untuk mempengaruhi atau memotivasi tumbuhnya perubahan efektif di dalam perilaku berikutnya dari seorang kepala sekolah.

b.Langkah-langkah Dalam Mengembangkan Kepemimpinan
Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan kepemimpinan pendidikan antara lain :
1.Rendah hati, Banyak orang yang mendapatkan kekuasaan, dan mereka begitu saja melepaskannya. Sebagai pemimpin, pekerjaan Anda adalah memimpin. Anda tidak bisa melakukannya jika menurut Anda posisi Anda diatas orang lain.
2.Menentukan tujuan, Dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin. Banyak orang yang menentukan tujuan dan didalam perjalanannya, mereka kehilangan arah. Ini biasanya dikarenakan menentukan tujuan yang tidak bisa dicapai. Tentukan tujuan yang bisa diraih sehingga tidak berakhir dengan kekecewaan.
3.Berusaha keras untuk mencapai yang terbaik, Untuk menjadi pemimpin yang besar, Anda tidak bisa berleha-leha dengan kehidupan Anda, Anda harus berusaha keras untuk melakukan segala sesuatunya dengan yang terbaik.
4.Mempertahankan posisi Anda, Seorang pemimpin memerlukan reputasi yang menonjol. Ketika seseorang mendengar namanya, maka akan mengaitkanya dengan pekerjaan besar yang pernah dilakukannya, atau bagaimana mereka bisa mengelola sesuatu.
5.Belajar dari kesalahan, Mereka belajar dari kesalahan dan merubahnya menjadi sesuatu yang produktif. Ini harus dilakukan atau jika tidak Anda akan berputar-putar di masalah yang sama.
6.Berpikiran terbuka, Orang-orang disekitar Anda mungkin memiliki sesuatu untuk dikontribusikan dan dengan berpikiran terbuka Anda akan memiliki peluang yang tidak terbatas.
7.Percaya diri, Anda tidak bisa berharap orang lain percaya pada Anda jika Anda tidak percaya pada diri sendiri. Percaya diri tidak membuat Anda lebih baik dari orang lain, ini hanya menunjukkan Anda memiliki kelas dan karakter.
8.Memberi, Bersedia untuk memberi. Jika Anda melakukan ini, makin banyak orang yang bersedia melakukan sesuatu tanpa mengeluh.
9.Memenuhi janji, Jika Anda bilang akan melakukan sesuatu, pastikan Anda melakukannya.
10.Mendengarkan, Anda harus mau mendengarkan dan memahami apa yang dirasakan sekitar Anda. Mungkin Anda pemimpinnya, tapi perasaan mereka sama pentingnya seperti Anda.

C.Pihak yang Berwenang dan Bertanggungjawab dalam Pengembangan Kepemimpinan Sekolah / Madrasah
Pengembangan Kepemimpinan Sekolah / Madrasah menjadi tugas dan wewenang pengawas sekolah, kemudian pihak pengawas sekolah bertanggungjawab / melaporkan hasil kepada Kepala Dinas Pendidikan Nasional. Tanggungjawab pengawas sekolah ini berdasar pada Kepmen Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 118 Tahun 1996.
Adapun tanggungjawab pengawas sekolah sebagai berikut:
1.Melaksanakan pengawasan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya pada TK/RA/BA, SD/MI/SDLB, SMP/MTs, SMA/MA/SLB.
2.Meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar serta bimbingan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Adapun wewenang pengawas sekolah sebagai berikut:
1.Memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi, menetapkan tingkat kinerja guru dan tenaga lain yang diawasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kepemimpinan.
2.Menentukan dan atau mengusulkan program pembinaan serta melakukan pembinaan..


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengembangan kepemimpinan menurut Kartini Kartono adalah usaha yang dilakukan secara sistematis dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemahiran teknis, ketrampilan sosial, sikap, dan tingkah laku pemimpin melalui pendidikan, latihan dan berbagai penugasan. Pada prinsipnya pengembangan kepemimpinan sekolah atau madrasah bergantung pada tingkat pengetahuan, kecakapan/keterampilan, kemahiran dari pemimpin sendiri. Sebagai seorang pemimpin atau calon pemimpin, hendaknya senantiasa meningkatkan pengetahuan dan ilmu kepemimpinan maupun bidang keilmuan lainnya agar nantinya dapat menjalankan roda organisasi secara professional. Bilamana pemimpin seorang yang demikian, tentu akan mudah mengontrol, mengawasi dan mengkoordinir sistem kerja masing-masing bawahan.
Diperlukan juga para bawahan yang memiliki kemampuan sesuai bidangnya, selalu bekerja sama dan bahu membahu melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, bekerja sama secara sinergis dengan atasan maupun rekan, sehingga antara atasan (pemimpin) dan bawahan dapat saling melengkapi. Karena keberhasilan kepala sekolah merupakan keberhasilan sekolah.
Menurut Wahjosumidjo terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kepemimpinan pendidikan (kepala sekolah), yaitu : memberikan perhatian secara sistemik dan terus menerus terhadap siklus kegiatan : rekruitmen, seleksi, pengangkatan, penempatan, pembinaan, evaluasi terhadap kepala sekolah, dan komputerisasi di sekolah. Pengembangan Kepemimpinan Sekolah / Madrasah ini menjadi tugas dan wewenang pengawas sekolah, kemudian pihak pengawas sekolah bertanggungjawab / melaporkan hasil kepada Kepala Dinas Pendidikan Nasional.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, 2004, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Munajat. Nur, 2011, Handout Leadership, Yogyakarta : UIN Suka-Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Purwanto. Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sulistiyani. Ambar Teguh, 2008, Kepemimpinan Professional Pendekatan Leadhership Games, Yogyakarta: Gava Media
Wahjosumidjo, 2010, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
http://alimudini.wordpress.com/2011/05/28/makalah-pengembangan-kepemimpinan/
http://woelanblogs.blogspot.com/2011/01/pengembangan-kepemimpinan.html
http://www.articlebase.com.

Kompetensi Pedagogik Guru

BAB I
PENDAHULUAN

Guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, memngarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai seorang pendidik, dituntut untuk memiliki berbagai macam kecakapan atau kemampuan dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan-kemampuan ini lazim dikatakan sebagai kompetensi guru.
.Kompetensi pedagogik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari empat kompetensi utama yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Adapun yang dimaksud dengan pedagogik adalah ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. Pedagogik mencoba menjelaskan tentang seluk-beluk pendidikan anak, pedagogik merupakan teori pendidikan anak. Pedagogik sebagai ilmu sangat dibutuhkan oleh guru khususnya guru taman kanak-kanak dan guru sekolah dasar karena mereka akan berhadapan dengan anak yang belum dewasa. Sehingga dalam kompetensi pedagogik ini, tugas guru bukan hanya mengajar untuk menyampaikan, atau mentransformasikan pengetahuan kepada para anak di sekolah melainkan guru mengemban tugas untuk mengembangkan kepribadian anak didiknya secara terpadu. Guru mengembangkan sikap mental anak, mengembangkan hati nurani anak atau kata hati anak, sehingga ia (anak) akan sensitive terhadap masalah-masalah kemanusiaan, harkat derajat manusia, Begitu juga guru hanya mengembangkan keterampilan anak keterampilan hidup di masyarakat sehingga ia mampu untuk menghadapi segala permasalahan hidupnya.






BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompetensi Guru
Istilah kompetensi memang bukan barang baru. Pada tahun 70-an terkenal wacana akademis tentang apa yang disebut sebagai Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi atau Competency Based Training and Education (CBTE). Menurut Finch dan Crunkilton, Kompetensi adalah : penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Sementara itu, menurut Kepmendiknas 045/U/2002 kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu. Lebih lanjut Gordon dan Mulyasa, (2005) merinci beberapa aspek yang ada dalam konsep kompetensi yakni :
1. Pengetahuan (Knowledge)
2. Pemahaman (Understanding)
3. Kemampuan (Skill)
4. Nilai
5. Sikap
6. Minat (Interest)
Kompetensi guru merupakan kombinasi-kombinasi kompleks dari pengetahuan, sikap, ketrampilan, dan nilai-nilai yang ditunjukkan oleh guru dalam konteks kinerja tugas yang diberikan kepadanya. Sejalan dengan definisi tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan, Dikdasmen menjelaskan bahwa “kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak”. Dijelaskan lebih lanjut bahwa “kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru” (Direktorat Tenaga Kependidikan, Standar Kompetensi Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 2003: 5).
Berdasarkan uraian tersebut, maka standar kompetensi guru dapat diartikan sebagai “Suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan.”
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, menyebutkan ada empat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

B. Pengertian Pedagogik
Pedagogik merupakan suatu kajian tentang pendidikan anak, berasal dari kata Yunani “paedos”, yang berarti anak laki-laki dan “agogos” yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik adalah pembantu anak laki-laki pada zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah, setelah sampai di sekolah anak dilepas, dalam pengertian pedagog intinya adalah mengantarkan anak menuju pada kedewasaan. Istilah lainnya yaitu Paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak, Pedagogi yang merupakan praktek pendidikan anak dan kemudian muncullah istilah ”Pedagogik yang berarti ilmu mendidik anak”.
Pedagogik secara jelas memiliki kegunaan diantaranya bagi pendidik untuk memahami fenomena pendidikan secara sistematis, memberikan petunjuk tentang yang seharusnya dilaksanakan dalam mendidik, menghindari kesalahan-kesalahan dalam praktek mendidik anak juga untuk ajang untuk mengenal diri sendiri dan melakukan koreksi demi perbaikan bagi diri sendiri. Disamping itu pedagogik juga merupakan suatu ilmu, sehingga orang menyebutnya ilmu pedagogik. Ilmu pedagogik adalah ilmu yang membicarakan masalah atau persoalan-persoalan dalam pendidikan dan kegiatan-kegiatan mendidik, antara lain seperti tujuan pendidikan, alat pendidikan, cara melaksanakan pendidikan, anak didik, pendidik dan sebagainya.
Pedagogik termasuk ilmu yang sifatnya teoritis dan praktis. Oleh karena itu pedagogik banyak berhubungan dengan ilmu-ilmu lain seperti: ilmu sosial, ilmu psikologi, psikologi belajar, metodologi pengajaran, sosiologi, filsafat dan lainya.
Lavengeld (1980), membedakan istilah “pedagogik” dengan istilah “pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu mendidik, lebih menitikberatkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak, mendidik anak. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktik, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.

C. Kompetensi Pedagogik

Makhluk pedagogik adalah makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Makhluk itu adalah manusia sehingga manusia mampu menjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah berupa bentuk atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. Meskipun demikian, jika potensi itu tidak dikembangkan niscaya ia akan kurang bermakna dalam kehidupan. Dengan pendidikan dan pengajaran potensi itu dapat dikembangkan. Kewajiban mengembangkan potensi itu merupakan beban dan tanggung jawab manusia pada Allah.
Dalam PP RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3 disebutkan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi Guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung. Pada penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dalam RPP tentang Guru dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
2. Pemahaman terhadap peserta didik
3. Pengembangan kurikulum / silabus
4. Perancangan pembelajaran
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
7. Evaluasi hasil belajar
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya

a) Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini disebabkan pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat, dinilai kering dari aspek pedagogis, dan sekolah nampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak mempunyai dunianya sendiri. Freire (1993) mengkritisi kondisi pendidikan di Indonesia sebagai penjajahan dan penindasan, yang harus diubah menjadi pemberdayaan dan pembebasan. Peserta didik dipandang sebagai bejana yang akan diisi air (ilmu) oleh gurunya. Pembelajaran nampak seperti sebuah kegiatan menabung (gaya bank), peserta didik sebagai “celengan” dan guru sebagai “penabung”.
Sebagai jawaban atas pendidikan model seperti ini, Freire menawarkan model pendidikan dan pembelajaran dialogis, yang disebutnya sebagai proses penyadaran. Sehubungan dengan itu guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai dalam mengelola pembelajaran, dan mengubah paradigma pembelajaran gaya bank tersebut menjadi pembelajaran yang dialogis dan bermakna.
Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan kegiatan manajemen sistem pembelajaran, sebagai keseluruhan proses untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Guru diharapkan membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan pembelajaran secara efektif, serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program, guru hendaknya menghubungkan program-program pembelajaran dengan seluruh kehidupan peserta didik, kebutuhan masyarakat, dan dunia usaha.
Guru merupakan manajer dalam pembelajaran, yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, penilaian perubahan maupun perbaikan program pembelajaran. Terdapat empat langkah yang harus dilakukan, yakni menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan peserta didik, meningkatkan perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta menilai perubahan program.
Kemampuan mengelola pembelajaran dapat dianalisis ke dalam beberapa kompetensi yang mencakup pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Beberapa kompetensi tersebut akan diuraikan ke dalam sub bab berikut.

b) Pemahaman terhadap Peserta Didik

Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat. Terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu :
1. Tingkat Kecerdasan
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap peserta didik memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Ada yang mampu memahami pelajaran dengan cepat atau biasanya dikategorikan sebagai anak “genius”, ada pula yang sulit menerima apa yang telah disampaikan oleh guru. Dalam keadaan memungkinkan, layanan terhadap perbedaan peserta didik dapat dilakukan dengan program akselerasi (percepatan bagi anak cerdas), belajar dalam kelompok (berdasarkan tingkat kecerdasan, dan prestasi), kenaikan kelas yang melompat, dan program tanpa kelas dalam sistem kredit. Peserta didik yang kurang tingkat kecerdasannya pada umumnya belajar lebih lamban. Mereka memerlukan lebih banyak latihan yang bermakna dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk maju daripada tipe belajar yang lainnya. Mereka tidak dapat melakukan abstraksi. Peserta didik yang memiliki IQ tinggi biasanya mempunyai tingkat perhatian yang baik, belajarnya cepat, kurang memerlukan latihan, dan dapat menyesuaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi.
2. Kreativitas
Jika pendidikan berhasil dengan baik, maka sejumlah orang kreatif akan lahir karena tugas utama pendidikan adalah menciptakan orang-orang yang mampu melakukan sesuatu yang baru, tidak hanya mengulang apa yang telah dikerjakan oleh generasi lain. Kreativitas bisa dikembangkan dengan penciptaan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya.
Secara umum, guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik, yang memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya, antara lain dengan teknik kerja kelompok kecil, penugasan dan mensponsori pelaksanaan proyek. Anak yang kreatif belum tentu pandai, dan sebaliknya. Kondisi-kondisi yang diciptakan oleh guru juga tidak menjamin timbulnya prestasi belajar yang baik. Hal ini perlu dipahami guru agar tidak terjadi kesalahan dalam menyikapi peserta didik yang kreatif, demikian pula terhadap yang pandai. Dengan demikian, skor yang tinggi dalam tes kreativitas tidak perlu berkolerasi dengan hasil belajar secara keseluruhan. Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam pelaksanaannya seringkali kita tidak sadar, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas pesserta didik.
Banyak resep untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, yang dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitas belajar secara optimal, sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik, diantaranya :
a. Jangan terlalu banyak membatasi ruang gerak peserta didik dalam pembelajaran dan mengembangkan pengetahuan baru.
b. Bantulah peserta didik memikirkan sesuatu yang belum lengkap, mengeksplorasi pertanyaan, dan mengemukakan gagasan yang original.
c. Bantulah peserta didik mengembangkan prinsip-prinsip tertentu ke dalam situasi baru
d. Berikan tugas-tugas secara independent
e. Kurangi kekangan dan ciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang otak
f. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir reflektif terhadap setiap masalah yang dihadapi
g. Hargai perbedaan individu peserta didik, dengan melonggarkan aturan dan norma kelas
h. Jangan memaksakan kehendak terhadap peserta didik
i. Tunjukkan perilaku-perilaku baru dalam pembelajaran
j. Kembangkan tugas-tugas yang dapat merangsang tumbuhnya kreativitas
k. Kembangkan rasa percaya diri peserta didik, dengan membantu mereka mengembangkan kesadaran dirinya secara positif, tanpa menggurui dan mendikte mereka
l. Kembangkan kegiatan-kegiatan yang menarik, seperti kuis dan teka-teki, dan nyanyian yang dapat memacu potensi secara optimal
m. Libatkan peserta didik secara optimal dalam proses pembelajaran, sehingga proses mentalnya bisa lebih dewasa dalam menemukan konsep dan prinsip-prinsip ilmiah
Kreativitas peserta didik dalam belajar sangat bergantung pada kreativitas guru dalam mengembangkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi standar, serta menciptakan lingkkungan belajar yang kondusif. Guru dapat menggunakan berbagai pendekatan dalam meningkatkan kreativitas peserta didik.
3. Kondisi Fisik
Manusia yang tersebar dan hidup di seluruh muka bumi menunjukkan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah atau lahiriah seperti misalnya warna kulit, warna dan bentuk serta bagian-bagian lainnya, dam sebagainya. Kondisi fisik berkaitan dengan penglihatan, pendengaran, kemampuan bicara, pincang (kaki), dan lumpuh karena kerusakan otak.
Terhadap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, guru memerlukan sikap dan memberikan layanan yang berbeda dalam rangka membantu perkembangan pribadi mereka. Contohnya guru harus bersikap lebih sabar, dan telaten, tetapi dilakukan secara wajar sehingga tidak menimbulkan kesan negatif. Perbedaan layanan (jika mereka bercampur dengan anak yang normal) antara lain dalam bentuk jenis media pendidikan yang digunakan, serta membantu dan mengatur posisi duduk. Semisal bila di kelas terdapat peserta didik yang menderita tuna netra, maka sebaiknya media yang digunakan jangan media visual, tetapi audio.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Kognitif
Pandangan menyeluruh tentang pertumbuhan dan perkembangan kognitif diberikan oleh Jean Piaget, berupa teori terinci tentang perkembangan intelektual dari lahir sampai dewasa. Dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan kognitif, teori Piaget amat berarti dan dimanfaatkan oleh para ahli psikologi dan para pendidik.
Perbedaan individu sebagaimana diuraikan di atas perlu dipahami oleh para pengembang kurikulum, guru, calon guru, dan kepala sekolah agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif.
c) Perancangan Pembelajaran
Perancangan pembelajaran yang harus dimiliki oleh seorang guru ini akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran mencakup tiga kegiatan :
1. Identifikasi Kebutuhan
Pada tahap identifikasi kebutuhan seorang guru seyogyanya melibatkan peserta didik untuk mengenali, menyatakan dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar.
Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya. Berdasarkan identifikasi terhadap kebutuhan belajar bagi pembentukan kompetensi peserta didik, baik secara kelompok maupun individu, kemudian diidentifikasi sejumlah kompetensi untuk dijadikan bahan pembelajaran.

2. Perumusan Kompetensi Dasar

Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta didik, dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran, yang memiliki peran penting dan menentukan arah pembelajaran. Dalam setiap kompetensi harus merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (thinking skill), dimana terdapat hubungan antara tugas-tugas yang dipelajari peserta didik di sekolah dengan kemampuan yang diperlukan oleh dunia kerja, dan untuk hidup bermasyarakat.
Kompetensi yang harus dipelajari dan dimiliki peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar yang mengacu pada pengalaman langsung. Penilaian pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objektif bukan berdasarkan pertimbangan yang subjektif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan mereka terhadap suatu kompetensi sebagai hasil belajar.

3. Penyusunan Program Pembelajaran
Komponen program pembelajaran mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya. Semua komponen ini tercermin dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dengan demikian RPP pada hakikatnya merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berhubungan serta berinteraksi satu sama lain, dan memuat langkah-langkah pelaksanaannya untuk mencapai tujuan atau membentuk kompetensi.
Perancangan pengajaran seharusnya dipandang sebagai suatu alat yang dapat membantu para pengelola pendidikan untuk lebih menjadi berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Perencanaan dapat menolong pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Karena itu perencanaan sebagai unsur dan langkah pertama dalam fungsi pengelolaan pada umumnya menempati posisi yang amat penting dan amat menentukan.
d) Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis
Pelaksanaan pembelajaran harus berangkat dari proses dialogis antar sesama subjek pembelajaran, sehingga melahirkan pemikiran kritis dan komunikasi. Tanpa komunikasi tidak akan ada pendidikan sejati. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Dalam pembelajaran, tugas guru yang utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik. Menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.
e) Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran
Pada era globalisasi ini, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran, terutama internet (e-learning), agar dia mampu memanfaatkan berbagai pengetahuan, teknologi, dan informasi dalam melaksanakan tugasnya. Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh peserta didik.
f) Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar karena dengan evaluasi dapat ditentukan tingkat keberhasilan suatu program, sekaligus juga dapat diukur hasil-hasil yang dicapai oleh suatu program. Evaluasi belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, serta penilaian program.
1. Penilaian kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik, memperbaiki proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik, serta menentukan kenaikan kelas.
2. Tes kemampuan dasar
Dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program remedial).
3. Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar pesera didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja, dan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat Belajar tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang sekolah.
4. Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan. Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu dasar pembinaan guru dan kinerja sekolah.

5. Penilaian program
Dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.

g) Pengembangan Peserta Didik
Guru harus memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain :
1. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan di luar kegiatan kurikuler. Kegiatan ini banyak ragamnya seperti paduan suara, paskibra, pramuka, olahraga, kesenian, panjat tebing, pencinta alam, dan sebagainya.
Dalam kegiatan ekstrakurikuler diharapkan peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya, atau bakat-bakat yang terpendam, membentuk watak dan kepribadian peserta didik, mengurangi kenakalan remaja, dan perkelahian pelajar.
2. Pengayaan dan Remedial
Sekolah perlu memberikan perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mendapat kesulitan belajar melalui kegiatan remedial. Peserta didik yang cemerlang diberikan kesempatan untuk tetap mempertahankan kecepatan belajarnya melalui kegiatan pengayaan. Kedua program itu dilakukan oleh sekolah karena lebih mengetahui dan memahami kemajuan belajar setiap peserta didik.

3. Bimbingan dan Konseling Pendidikan
Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan karier. Bimbingan ini dapat dilakukan oleh guru pembimbing, guru mata pelajaran yang memenuhi kriteria pelayanan bimbingan dan karier, ataupun wali kelas.
















BAB III
PENUTUP
Kompetensi guru merupakan kombinasi-kombinasi kompleks dari pengetahuan, sikap, ketrampilan, dan nilai-nilai yang ditunjukkan oleh guru dalam konteks kinerja tugas yang diberikan kepadanya.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, menyebutkan ada empat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dalam RPP tentang Guru dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
2. Pemahaman terhadap peserta didik
3. Pengembangan kurikulum / silabus
4. Perancangan pembelajaran
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
7. Evaluasi hasil belajar
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya



DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, Hamid, 2010, Kemampuan Dasar Mengajar (Landasan Konsep dan Implementasi), Bandung : Alfabeta.
Harjanto, 2003, Perencanaan Pengajaran, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Mulyasa, 2007, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Penjelasan PP RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, 2009, Bandung: Citra Umbara.

PP RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, 2009, Bandung: Citra Umbara.
Roqib, Moh, 2009, Kepribadia Guru, Yogyakarta : Grafindo.
Rusyan,Tabrani, 1989, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sadulloh, Uyoh, 2010, Pedagogik (Ilmu Mendidik), Bandung : Alfabeta.
Suparlan, 2006, Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta : HIKAYAT Publishing.